Bullet #5 : Price



"Good Thing is no cheap,and cheap thing is no good". Saya selalu mengingat slogan ini jika ada negosiasi harga di dalam suatu bisnis yang saya lakukan. Kalau mau murah ya jangan harap bagus, kalau mau bagus ya jangan harap murah. Ekspektasi seorang pembeli pastilah ingin yang paling bagus, sekaligus paling murah. Tidak ada yang salah pada kenyataan itu. Itulah naruli dan ego seorang manusia.

Sebagai seorang marketer, perumusan harga jual hendaknya mempertimbangkan beberapa hal, antara lain : kualitas barang, ketersediaan barang dipasaran, kondisi persaingan barang sejenis, tehnologi barang, prestisitas barang, dan masih banyak lagi.

Tentunya kita masih ingat yang namanya pricing placebo pada industri farmasi, dimana obat yang murah sering dianggap tidak manjur, sedangkan obat yang mahal dianggap lebih berkhasiat dan menyembuhkan, padahal kedua obat tersebut memiliki cara kerja dan efektifitas yang tidak terlalu berbeda.

Saya coba meneruskan deskripsi mengenai hubungan antara : Harga - Kualitas - Kecepatan (produksi) melalui gambar di atas :

Sekilas gambar segitiga itu memiliki 3 sisi yang diisi oleh kata : Cheap, Fast & Good. Terlihat kalau 3 sisi tersebut tidak pernah bersatu. Maksimal hanya 2 sisi yang bersambung. Ini artinya tidak mungkin mengharapkan cheap, fast dan good sekaligus. Analoginya sebagai berikut :

Good + Fast = Expensive
Choose good and fast and we will postpone every other job, cancel all appointments and stay up 25-hours a day just to get your job done. But, don't expect it to be cheap.

Good + Cheap = Slow
Choose good and cheap and we will do a great job for a discounted price, but be patient until we have a free moment from paying clients.

Fast + Cheap = Inferior
Choose fast and cheap and expect an inferior job delivered on time. You truly get what you pay for, and in our opinion this is the least favorable choice of the three.



No Comments

Leave a Reply